07/08/09

Merak Terbang Menuju Hutan Kenari

-aku belum sempat bertemu Rendra

Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku
tapi hidup yang tidak hidup. Karena
kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya

(Hai Ma, WS Rendra)

di dalam hutan
sajak-sajak
menggigil di pepohonan
dan pepakuan

seekor merak
bernyanyi di bawah gerimis
terkenanglah ia
ketika tersesat
dan tak punya apa-apa
ia melihat dunia
telanjang penuh bahasa

di antara bebukitan
tapak-tapak yang dibenamkan
sewaktu kanak
mengering dan hanya
tetesan waktu
lindap di gerbong

dengan cara
memanggil kupu-kupu
di tengah kota
ia tahu
bahwa kesepian yang
bergema di tengah hutan
seperti waktu-waktu
di kala petir dan awan
jatuh di celah daun
yang tak pernah sudah
hingga merayap
ke dasar matahari


hidup memang fana ma,*
katanya. ada waktunya
bulan dapat dipanah
oleh seorang lelaki
sementara sungai-sungai
mengirim banjir
selama seratus hari

kini aku di sini
menatap cakrawala
sementara langit
adalah hutan-hutan
seekor merak terbang
menuju hutan kenari
gerimis, gerimis
berlalu dengan manis

Sekayu, 2009

*Hai Ma, WS. Rendra

Tidak ada komentar: