15/07/09

Doa Embun

kemudian dia menyeru sang diri
dengan suara yang menetes di ujung daun
seperti desah napasnya yang berat oleh waktu

begitulah segalanya terdengar
melalui sujud dalam alif

suara itu menjadi bongkahan airmata
bagi kesunyian, bagi kegelisahan
menunggu tiba matahari di tangannya
yang meraba-raba, yang menerka-nerka
dan memburu segala

ah.. yang menetes dan meleleh
adalah kalbu dengan tahun-tahun
penuh kelalaian. dan terasa keluh
untuk dilafazkan di pertemuan akhir

yang tak mampu diterawang
oleh siapapun
kecuali maut yang sanggup menuntaskannya

Tidak ada komentar: