18/04/09

Sebuah Cerita di Langit SMANDA


; untuk almamaterku, angkatanku

daun-daun gugur di koridor pertama
saksi, bahwa kita membenamkan kaki
pada langkah yang juga pertama
dimana, kita menghabiskan sementara waktu
ketika kita kenangkan sepatu-sepatu berdebu
setelah revolusi yang kita pahat di taman belakang
atau lewat kaca jendela di waktu kita
menerima cahaya matahari, di waktu apel pagi

kini, segalanya tersusun rapi
nama-nama kita di arsip merah sekolah
persis sebuah stofmap
yang kita mulai dengan latihan samapta
sejarah menjadi petunjuk
bagaimana perilaku terjadi dengan senantiasa
siapa yang dapat mencari makna
bila pertemuan akan berakhir dengan perpisahan
dan perpisahan membuka lagi perjalanan, selanjutnya

saat-saat seperti ini
kenangkanlah masa, dimana kita lupa memahami
betapa harusnya kita khusyuk berdoa di upacara
betapa riuh rendah kita menolak perintah
tentang kata maaf kita yang tertahan
tentang mereka yang terkadang lupa
bagaimana memberikan pelajaran
tentang alamat yang sama-sama kita sembunyikan
tentang sikap kita yang memperolok diri penuh kebanggaan
atau cerita-cerita remaja kita yang nyeri untuk dikenangkan

saat-saat seperti ini
bicarakanlah segalanya tanpa beban
apa yang harus mengalami perubahan
apa yang mesti dipertahankan
karena keterbukaan akan menjadi suatu jalan
dan jalan akan menuntun kita menuju bukit harapan

tahun merubah perjalanan
kita duduk di bangku pertama
tempat kita tertatih, betapa waktu merenggut pasti
atau saat pagi, matahari di kepala kita
masuk kedalam mikrofon, kemudian senja
menjadi penat menggyur mimpi-mimpi kita
dalam suara, dalam dekap sejarah
yang berdebu di koridor pertama, ah…

salam hangat selalu
temanmu
eko putra

Tidak ada komentar: