08/12/08

suatu malam aku suntuk

; di Palembang dalam dalam curhatku

sepertinya aku kehilangan kata-kata
untuk sajak selanjutnya
karena kota ini menyulapku
menjadi sehari yang kalut, dalam kabut

kau akan tertawa
karena kekuatanku
hilang, hilang, tak mampu berbuat apa-apa
untuk berpikir sejenak
bagaimana aku menjaga malam ini
dari bayang-bayang kota
seperti kau selalu melihatku perkasa
dari ide, yang membuat kalian terbelalak
“ apakah ini mungkin ?”

Fir, mungkin kau mengerti
bagaimana mauku malam ini
seandainya kota ini sama
lalu bicara tentang harapan yang hilang
senyum gadis manis, perjalanan hari-hari kita
jadwal belajar kita, kepada denyut debar kita

aku suntuk disini
suntuk dengan raga tak berbentuk
melihat puing malam
yang tenggelam dan lenyap nyasar, aku nyasar