18/10/08

sekali ini, untuk kesekian aku menatap sungai Musi

; masih belum ada yang baru, semakin keruh

I.
lelaki dengan perahunya, mengayuh kehidupan, memburu yang tak dimengerti. karena oktober hanya rencana yang melambai-lambai di seberang, menuju awan desember.

musim-musim berlalu, sebagai teman dalam senja yang beranjak pergi. karena lelakinya, berharap dapat bercengkrama dalam kelamin ombak. membawa perahu dalam cerita matahari. lelaki dan perahunya, mengayuh semisal harapan, kepada cuaca yang terus bergerak dalam cintanya.

II.
kepak elang karena pertanyaan nasib. di tangan-tangan yang selalu berpaut pada daun-daun gugur, di sayap-sayapnya mengalir bulu kerinduan yang tersimpan di balik kakawin hujan. kepada para penjaga di waktu fajar. elang melanglang, elang bersarang di dayung perahu, bergelombang ke arah hulu.

III.

angin di akar bahar menyirap kabar kepada perahu yang terdampar. angin di kala petang dengan lelakinya pada bayang-bayang. angin di setiap gemuruh. ke dalam musim yang akan pergi.karena zaman telah berkarang, semua gugur memar mengayuh berharap desau gelombang, bukan kabut yang mengajak hilang.