11/10/08

Ritus puisi

mendesah kau sendiri, dengan zikir kata-kata. mengumpulkan bayangan nasib. lewat tengah malam, lewat sebuah gejolak yang terkurung. karena semua begitu sulit untuk diyakini, terhadap perihal seseorang yang merangkak dalam rak’aat sembahyang. dan semisal ucapan diri, semakin tak ada yang dipahami.

engkau masih bersikukuh. menyusun bait-bait semu, lalu kau terbaring di antara gambar kenangan yang tak ada lagi, bersama dinding-dinding musim. kau masih menatap mencari-cari alasan dengan semua belia. agar dapat sembunyi dari kata-kata, walau dengan segala kesadaran yang dapat dirasa. engkau hancur tergulung oleh mereka.

seseorang mendatangimu, mengucapkan semua harapan. dengan rayuan seperti renungan, engkau menjadi seseorang dengan perkiraan dan nasib selanjutnya. tentang dirinya yang tenggelam dalam bayang, dan bergelombang, sepertinya terang.

engkau dan seseorang, mendesah, mendesah, untuk lebih lama memukau resah.

Tidak ada komentar: