di negeri kami
kurikulum adalah angka-angka mati
yang terlahir dari suara parau mikrofon
lalu mencekik leher siswa setiap tahun
beterbangan menjelajahi laci gurunya dan bertahan menunggu
angka-angka hidup kembali dalam seremonial kami setiap pagi
setahun di negeri kami
nilai-nilai akademis disulap melalui kabel telepon
menghubungkan angka-angka yang lain
menjadi rekapitulasi
dan tingkat gaji para menteri
setiap waktu di negeri kami
waktu belajar adalah obrolan singkat setiap pagi
seperti ocehan
seorang juru bicara kepresidenan
praktis, lengkap, dan tanpa basa-basi
begitulah di negeri kami, dari waktu ke waktu
seolah mengutuk janji-janji
seperti mikrofon menyebut keluguan nama kami
21/09/08
apa yang terjadi dengan negeri kami
Raungan
Eko Putra
di
Minggu, September 21, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Ini merupakan puisi favorit saya.
Menceriterakan tentang keadaan pendidikan kita. Selamat anda dapat menyuarakan beberapa hati nurani siswa (seperti saya).
http://arugi1994.blogspot.com
bagusnya...
Posting Komentar