lelaki tua, menghitung berapa banyak orasi yang ia dengar melalui jemari awan. matahari itu membaca kemiskinan dalam bola-bola lampu, seperti bait-bait soneta shakespeare, lalu ia membuat reproduksi kulit kacang. kota menari lagi di matamu, satu abad sudah tumbuh di antara kelaparan dan lirik-lirik romantis, kugarami melalui pot-pot bunga, roti tawar, madu, dan keju yang kusimpan di pulau utara.
pak, berhentilah menangis, kue bolu dan telur busuk dalam kelaparanmu, kurasakan semakin bertadarus dalam 4 percakapan. antara botol-botol vodka, engkau mengubur bahan-bahan pelarut, sesekali kita bermain petak umpet karena kesibukan tak ada lagi di sini.
pada sebuah qasidah, dan kota yang kutanam di matamu.
24/06/08
qasidah, dan kota yang kutanam di matamu
Raungan
Eko Putra
di
Selasa, Juni 24, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar