03/06/08

pelepah pisang

wajahmu pias menakik satu misteri yang singkap menuju seresah alarm
sembari mengingat petani pada otot berbuis humus tanah, dengan setiap uraian yang terendap

wajahmu rontok menmghempaskan satu demi satu keinginan para leluhur
yang mungkin terziarahi di antara nisan waktu

pada yang hujan
perlahan semua menggumpal busuk menuju sabda sebelum reda
semakin wajahmu di temukan adalah kekunang-kuningan menyeka kemarahan

wajah tak bermusim lagi
aku melihat masih ada kelelumur tergeletak
mengatakan perihal bait yang tenggelam, telah redam

; wajahmu tak ada suara

Tidak ada komentar: