25/05/08

Setelah hujan, tentang puisi tentang kelam

Bu, angan-angin kami
berdentum -dentum
menguliti
pias dedaunan di bawah
halimun
; ini upacara sebelum dingin

kawan-kawan sebagai
bunga jejamur
mengirimkan telegram
sebagai romansa sepenggalah

membaca tadarus sepatu,
topi, dasi, dan mungkin
perihal kemarahanku
menuju kenangan

Aku menolak sebagai kekasih
mengingat ubun malam
di celah kelam

dan terbunuhnya ibu
di bawah suir hujan

melubangi kerinduan
sembari mengatakan
; bagaimana segelas airmata terbang ?

kelam
dan semakin kelam
telah kelam

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bagiku lebih asyik dibaca dari bawah keatas...
salam kenal.