sebuah request dari Kuyung Asmawi,
“ Ngape kuyung ninggalke dusun ?
Cubo mencari di tempat ughang
Kitek bapisah lah due taon
Ape dak rindu disanak kadang…”
( Kuyung jauh- Lagu daerah Musi Banyuasin)
masih kuingat
jejak yang membesarkan
nama kehidupan anak-anak perahu
atau cerita mandi bongen
seolah kutipan sebiduk sungai musi
“ ah, alangkah bersahabatnya kita,” ucapku.
kadang-kadang kidung keteduhan
membuai sebagai dundai semayam
sambil memperhatikan riak yang terus berkecipak
menyapa gelinjang perahu tepian seberang
antara bandar berlabuh lubuk paye dan muara tirau
mungkin masih ada
bahasa ladang jagung di tengah cumbuan semak belukar
sesekali menerjemahkan pantun pinutun si burung murai
atau hembusan angin musim
seperti halnya nubuat bayi-bayi seluang
yang mesti kutunggu menuju tangkul pencarian
januari desember maka lahirlah bacaan hidup yang serasan
atau aroma sewangi
pindang pegagan
ditemani sambal kemang
dan semanis daun kemangi
“ aduhai, masihkah semua itu ada ?” tanyaku.
maka semakin hanyut rindu ini
menanggalkan bait-bait perjalanan
kini akan terlelap dari fragmen kata
bermukim entah apa yang akan kutitipkan pada mereka
kelak pada sebuah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar