15/05/08

Rindu kampung-halaman

sebuah request dari Kuyung Asmawi, Jakarta.

“ Ngape kuyung ninggalke dusun ?

Cubo mencari di tempat ughang

Kitek bapisah lah due taon

Ape dak rindu disanak kadang…”

( Kuyung jauh- Lagu daerah Musi Banyuasin)

masih kuingat

jejak yang membesarkan

nama kehidupan anak-anak perahu

atau cerita mandi bongen

seolah kutipan sebiduk sungai musi

“ ah, alangkah bersahabatnya kita,” ucapku.



kadang-kadang kidung keteduhan

membuai sebagai dundai semayam

sambil memperhatikan riak yang terus berkecipak

menyapa gelinjang perahu tepian seberang

antara bandar berlabuh lubuk paye dan muara tirau



mungkin masih ada

bahasa ladang jagung di tengah cumbuan semak belukar

sesekali menerjemahkan pantun pinutun si burung murai

atau hembusan angin musim

seperti halnya nubuat bayi-bayi seluang

yang mesti kutunggu menuju tangkul pencarian

januari desember maka lahirlah bacaan hidup yang serasan



atau aroma sewangi

pindang pegagan

ditemani sambal kemang

dan semanis daun kemangi

“ aduhai, masihkah semua itu ada ?” tanyaku.



maka semakin hanyut rindu ini

menanggalkan bait-bait perjalanan

kini akan terlelap dari fragmen kata

bermukim entah apa yang akan kutitipkan pada mereka



kelak pada sebuah kota

Tidak ada komentar: