14/05/08

Mengingat tulisan-tulisan terdahulu

- Embun, fajar, matahari, bulan, bintang, tanah, akar, langit, oh kau cinta :D

Semakin basah bahasa yang semakin menetes
menuju langkah dalam jejak semakin jua ia merembes oleh buai angin kata

bait setiap kupertanyakan duhai cerita para pengejek
" huh, sajakmu jelek, sajakmu kasar, sajakmu cengeng" bertumpuk
dan bilang pada tatal resah
dari pucuk-pucuk sepenggalah matahari
seolah melihat misteri
apa penyair apa puisi
di manakah sang sastra
" capek deh, hari gini masih nulis puisi, basi tau' "

di tanganku ada pikir mengalir ukir

Dan air terus menyengir
mengatakan perihal anyir
dalam sebuah perenungan kesampaian yang belum
untuk kutampung di kala akar-akar resah menjadi pohon cinta

"apakah sajak liris ?"

woi Chairil ingatkah saat H.B Jassin membaptismu menjadi binatang jalang, dan lahirlah datuk-datuk sajak sebuah negeri, tentang Tardji menjadi seekor kucing di dalam esai Dami. N. Toda, atau ladang ladang jagung uda Taufik kini membaur di kataku, merambah semua, semua merambah mengecup di dalam cinta sang pengantin. ah capek dech sms dari temanku


woi
yang paling sajak dimana ketika kami menengok ke atas
ada
siapa
Rendra, Jamal. D Rahman, Goenawan Muhammad, D. Zawawi Imron, Sitor Situmorang,H.B Jassin, Kriapur, Wijdi Thukul, Rilke, Rumi, Gibran, Takami, Shakespare, Suminto, Hamid Jabbar, ah banyak rupa legenda sampai sungai musi dll. Siapa yang sebut atau tragedi sajak dimana yang mungkin kusebut
seratus, seribu, sejuta

wahai kau yang mesem-mesem melihat televisi, celana, dan sebuah raung kemana
hei Eko Putra

" sajakmu keren Eko. Hasan Aspahani. (dari sebuah sms)
maka dimanakah yang paling apa penyair dan takkan sebatas Allah kata Tardji, ku tak mau kau merayuku, Halnya Chairil katakan.

diam saja kau.

Tidak ada komentar: