18/08/09

Tersebab Agus R. Sarjono


Sambil mengemasi barang-barang dan kenangan, berapa kali sebenarnya kita sanggup berpindah rumah, merubah alamat dan tempat pulang ?

(Syair Pindah Rumah, Agus R. Sarjono)

-sewaktu SMA, biasanya aku akan berusaha menjelaskan dengan panjanglebar di depan kelas. temanku yang iseng melempar lipatan kertas sobekan pr, karena tidak suka, bahkan ada yang ngantuk, lalu tertidur pulas karena malas. guru yang memintaku menjelaskan mengeryitkan dahi, sambil merapikan alat-alat ajarnya. jika mendengar pertanyaan seperti ini.-


pernahkah engkau menyusuri musim yang pupus digerus waktu. masakanakmu mencul kembali di situ, di tengah permenungan yang tak tamat-tamatnya. kukira kau akan bergumam sejenak sambil menikmati sebatang rokok dan bercerita tentang seorang gadis melankoli yang kau temui duapuluh tahun lalu di pinggir danau. palsu ! dengusmu lirih. dan hal itu senantiasa kau sembunyikan kepada orang lain, semuanya. termasuk ibumu.

toh, semua syair telah berkarat dan rapuh menyimpan kejujuran. jadi tak ada yang mesti dipertanyakan lagi. kemana kita akan pulang, merubah alamat dan kenangan. sebab, sesuatu hal telah mengintai kita sejak lama, sejak kita tersesat ke dunia dan mengerti. hanya saja, kadangkala kita menjadi asing sendiri yang cemar oleh basa-basi.

engkau mencintai bunga bukan ? ada yang menunggumu di sebuah taman. di negeri angin.
itulah rumahmu, rumah terakhirmu.

1 komentar:

lovepassword mengatakan...

Kita pergi
Tapi tetap teringat
selalu ada yang menunggu
Diri kita sendiri