06/08/09

Prelude

kita sepakat berpisah di ujung bilangan pertama kau dan aku masing-masing mengambil jalan pintas untuk menyelamatkan diri dari kepungan teroris yang membawa sepi di bokongnya.

kau berbalik arah menuju utara, menghadap kepada pengakuan-pengakuan suatu negeri yang dipenuhi oleh nabi-nabi . aku menunggu jemputan seorang raja yang pernah kutolong ketika bertualang di seberang mimpi, eh yang datang serupa wanita tapi tak wanita . dengan santai dirinya melahap leherku sampai benar-benar genap segala sepi.

sebelumnya kau mendapat sebuah paket pikiran dari seorang penyair. alamat jelasnya
menunjukkan suatu tempat di mana kau pernah menangis selama seratus tahun.
nisan ini usianya adalah sebatang puisi yang tumbuh di dekat telaga, begitulah kau bilang padaku.

kita adalah masing-masing pribadi yang berdiri sendiri, menikmati kesepian sendiri, dan mengatupkan waktu di mulut sendiri.

Tidak ada komentar: