hujan nampak
pagi habis sia-sia
hanya selimut
dan secangkir teh
bergulung dalam diri
malas dan dingin
berdesakan menuju
sum-sum. seperti
kura-kura yang sembunyikan
kepala di dalam cangkang
hidup berbarengan
tanpa dapat dilihat
membeku, membatu
bersama percakapan
yang tak usai
dingin semakin dalam
merupa dirinya kabut susut
(sudah jam sepuluh
hujan masih setia
bahkan angkuh mencibirku)
langit muram
kamar muram
dingin muram
puisi lahir tanpa diperam
13/07/09
Pagi Hujan di Perkampungan
Raungan
Eko Putra
di
Senin, Juli 13, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar