keadaan membuatku begini
aku bersahabat dengan ketegangan-ketegangan
datang dan pergi dari tanganku.
sembari aku tergopoh-gopoh
merampungkan peta yang kususun
di puncak bukit. bukit moyang-bapakku
tanganku yang berdarah, tanganku yang perkasa
melobangi bukit demi bukit
hingga sebuah lorong mengalirkan perenunganku
lobangnya aku dapat melihat masalalu
yang kadangkala menjadikan aku muak
karena dongeng-dongeng tentang pahlawan
yang menikahi peri.
tapi ada masa depan yang sembunyi di balik bukit itu sendiri
aku mesti menggali. menemukan ladang-ladang garam
tempat darah dan erangan menyatu.
dalam puing-puing, dan bukit itu tidak terlalu rimbun
hanya bukit yang kelak aku berpangku.
dan nisanku ada di antara pohonan, alang-alang
bebatuan, dalam lorong-lorong
yang kugali sehidup lamanya.dan telanjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar