i/
terlalu sakral memang. alif-alif samar terbaca, kuterjemahkan seperti angin yang menggelepar dalam tadarus airmata. mendera bakup yang gaib, memagari setiap perenungan, melihat waktu telanjang dingin. perjalanan kalam terbakar, dalam perasaan yang menjadi abu, lalu bergetar tenggelam.
ii/
kekosongan adalah semadi. meyakini aliflammim puisi yang kutuliskan. adalah sasmita yang kulafazkan di setiap runtuhan pagi. menata maut dan abadi, dalam bara, yang nyala sendiri.
02/04/09
Risalah Doa
Raungan
Eko Putra
di
Kamis, April 02, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar