28/04/09

Jeda

selamat tinggal masalalu, terima kasih atas keberadaanmu. karenamu aku ada dan dapat berpikir untuk kehidupan selanjutnya.


batas antara waktu yang datang, kemudian pergi, kemudian berganti. adalah bagian-bagian hidup yang berbenturan dalam tikaman maut. dan diri perlahan-lahan menelaah. bagaimana setiap waktu yang telah meruang mengabadikan sajak-sajak. entah itu tidak lebih baik dari ungkapan-ungkapan biasa. atau dengan serta merta, catatan yang terkemas singkat, padat, menjadi propaganda bagi suatu peradaban. ia dipuja-puja, ia menjadi nyala dari setiap sumbu. menyilaukan mata.


selalu ada dua sisi dalam kehidupan ini. tinggal, dimanakah pilihan akan jatuh. apakah kata-kata kemudian terbakar bersama waktu, habis menjadi abu. dan sebagainya, dan sebagainya. luput dari kenangan. atau mencapai dirinya sendiri, sebagai firman yang senantiasa dirafal dan dizikirkan orang. sejatinya, setiap ruang-ruang begini, ia telah berjalan memilih nasibnya. ia olah sendiri, melalui tangan yang tidak begitu kokoh. sajak-sajak keluar, hidup mengisi celah dan sela sempit. tanpa pernah mengeluh dan mengaduh. tanpa pernah bertanya darimana muasalnya yang tak gelap di rahim ibu. karena sajak adalah diri sendiri yang teguh. sebagai bahasa yang menyeru.


dan bagaimanakah diri bersama ucapan-ucapan yang tak pernah rampung, akan bertahan. jawabnya adalah kesabaran. kesabaran untuk menghadapi cacimaki penguasa dan cendikiawan. kesabaran untuk menghadapi tantangan-tangan yang terpampang karena ulah kawan dan lawan. kesabaran untuk menerima, mengisi, mengelak, dan menggetarkan hidup dengan apa adanya. tidak dilebih-lebihkan, tidak dikurang-kurangi. karena hidup adalah perilaku yang dengan sabar mengajarkan bagaimana semestinya, segala sesuatu berjalan dengan kaidah-kaidah alam, bergerak beraturan dalam hujjah masing-masing, dan berevolusi dan berotasi masing-masing di manzilah masing-masing.


dengan demikian, setiap sajak tak perlu lagi menjelaskan kerumitan makna bagi siapapun. karena sajak adalah rangkaian peristiwa, antara waktu yang telah meruang. memilih sisinya dari jiwa-jiwa sabar tualang. sajak adalah hubungan sederhana yang bermula dari kalbu, mengaduk sepi menjadi ilmu. iapun bicara dengan sederhana menyampaikan risalah-risalah, kapada mahacahya, kepada makhluk yang sesama fana, kepada alam, insan sampai cintanya yang paling rindu. mendasar dalam kelukup kalbu. kiranya ini terlalu gombal bagi siapapun. tapi lihatlah ada makna yang mengisi kalbu. mendedah diri atas waktu demi waktu yang merasuk dalam tekapan ruh yang merindu.

Tidak ada komentar: