dan kau mendekat
meraih mataku
kau tuliskan sejarah baru
seraya berpikir, siapakah
manusia paling dasar, jikalau
masakanak berubah dan
mengubah gawatnya hari yang baru
dan tidak akan ada jawaban
yang kau temukan di situ, karena
mataku kosong, mataku terlalu rapuh
untukmu yang memiliki kebenaran
padahal runtutan kisah masalalu
benar-benar rampung di sini
di tempat pertemuan kita yang pertama
saat sepertiga purnama, keluar
dari tanganmu, dan aku bersujud
mengiba di puncak baitmu
pada cahayanya yang pudar di mataku
bahkan perjuanganmu terhadapku
mencipta kehidupan lalu
ketika perjanjianku kepadamu
akan selesai di batas semesta ini
kita berhadap-hadapan, kau
meluncur ke dalam mataku, menanamkan
sepotong maut, yang paling indah
pun mataku tetap seperti dulu
manakala tanganmu
benar-benar berkuasa
mengelauarakan aku
dari tidurnya waktu
di yang megalir di ceruk hayatku
dan kau tak perlu datang memaksaku
selepas catatan terakhir berlabuh
di tanganmu itu
02/02/09
Endnotes
Raungan
Eko Putra
di
Senin, Februari 02, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
mantep
Kalau begitu yakinlah kau akan keluar dari dirimu sendiri mengelana seperti jarum jam yang mengetuk-ngetuk sukma. Atau sebaliknya,membangun rumah dalam dirimu sendiri lalu menanak imaji menjadi makanan semesta. Lalu katakan " dan kau tak perlu datang memaksaku / selepas catatan terakhir berlabuh / ditanganmu itu." Tapi anak abah jangan pernah merasa puas, gali terus diksi dan kolaborasikan dengan ungkapan, metafor atau pun simbol. Hopla ! Maju terus !
Posting Komentar