mengapa harus puisi
yang mekar di taman
di batu-batu, dan di sungai- sungai
sedang aku semakin tenggelam
di dasarnya, mencipta masa remaja
dalam gulana tanpa arah, arah
lalu aku seperti seekor serigala
mencakar-cakar do'a, meraung dalam
zikir kelana, membiarkan cintaku berdarah
dalam kesepian yang bertahan di miratku
(apa yang kau harapkan penyair
bila musim telah membeku di tanganmu
dan merubah rasa dinginmu dengan sejuta
kenyataan yang mesti kau tuliskan pada
waktu, dinding-dinding gua, garba jantungmu
dalam ceruk hayatmu)
sebenarnya aku-pun paham
bagaimana kekalahan ini terjadi
karena aku mulai berhadap-hadapan
di nyala api dan tungku, aku telah
membakar sukmamu menjadi sukmamu
hingga semuanya melepas, lepas dari ragaku
maka sebaiknya aku menulis lagi
walaupun tak ada yang memahami
apalagi memberiku arti
karena puisi-puisi akan selalu memberi
arti, melalui hatiku pada remajaku
menunggu dalam kubangan imaji yang semakin mengabu
16/12/08
Introlude Penyair
Raungan
Eko Putra
di
Selasa, Desember 16, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar