27/11/08

antara angin, sebuah dilema, dan api yang tersulut

siapa yang datang dari nganga mulutku
dengan sejuta ritual, dan tafsir-tafsir yang jatuh
di nyerih ngilu, dicabikkan nanah yang tercecer
aku dan kau, saling nyalakan tungku, bongkahan, airmata
menyala, menjadi puing-puing kota, ketika senja tak dapat dimaknai

o, langit tak berbulan
apakah puisi masih setia
menjadi kaca, tempat mataair
menanyakan pada segala tanya
segala amarah, mencerna segala perih

di dalam gua sunyi ini
seperti nabi yang menggigil
ingin kudekap merah duka
menjadi tanah dan laut kata

o, peri segalanya langit kata
apakah batu-batu dapat menyala
tentang segala takbir
yang menggelombang, menemui rusuk abadiku
pada nyanyian merpati
kutelah sunyikan lagi cinta
dan menggigil di denyut abadiku
menyusun lagi angan tak berakhir