15/08/08

poster besar politisi

aku berjalan ke pusat kota, di tengahnya ada poster besar, gambar seorang politisi ternama, ia sedang joget pinggul, dengan peci hitam dan sepatu PDH warna coklat, ia tersenyum melihat bendera pusaka yang hampir kusam, sambil melambaikan tangan aku menitipkan kata-kata padanya " pak, besok ada rapat di senayan, jangan lupa bawa kartu nama dan lambang kemerdekaan ."

tiba-tiba ponselku berdering, menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, indonesia raya, rayuan pulau kelapa, dan tanah airku, tapi aneh, yang bernyanyi adalah suara anak-anak putus sekolah, mereka ingin belajar membaca, entah setahun atau beberapa waktu lagi, mungkin ketika pesanku diingat oleh si politisi, bahwa kartu namanya masih tersimpan di laci meja, dekat dokumen pribadi dan anggaran akhir tahun, digunakan sebagai beasiswa.

besok hari libur, aku ingin ke senayan, membawa proposal dan asuransi kelaparan, sambil mengucapkan kembali janji yang terpampang di bawah poster sang politisi.

2 komentar:

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

PROSA YANG TEGAS
SALAM KENAL
KALO BISA IKUT AKU PENGAN JUGA BUAT PROPOSAL KE SENAYAN

Multama Nazri mengatakan...

ironis memang...Merdeka dan nyanyian heroik justru dilantunkan orang-orang yang belum merdeka, orang-orang yang tidak diraba di negara ini...
haah...tapi sudahlah rumput liar itu akan sirna dengan sendirinya...