Aku lahir dari rahim cahaya
Saat gravitasi
mulai berhenti mengajak waktu
bertumpu dalam bayang revolusi.
Angin utara berbelok
dan gelombang dalam buih transversal
menjadi raungan tangis pertama
menggema seperti reruntuhan teori alkemi.
Terwujud garis-garis semu
yang terfokus dalam lensa waktu
dan perpindahan materi
seolah-olah manifesto emosi diri
Aku hanya wujud
Bergerak dalam poros percepatan
Tanpa bandul waktu yang tertunggu
seperti visualisasi
dan jarak pengukur interval kehidupan
melesat merangkum deret dimensi
pada asal satuan diri
yang tak tertahan
melawan kuat arus obsesi
seolah sumbu rotasi dan permulaan periode
intuisi konstan
Melingkar beraturan sepanjang busur perpindahan
Saat frekuensi hidup
membias sebagai paralaks musim
Walau
molekul inskripsi berpindah
dalam anomali panas yang mengembun
Aku adalah pertanyaan
yang mengusik kelajuan massa
Diam sendiri
tanpa setiap jawab terlepas
untuk kau padukan dalam tikungan miring
Tegangan yang terjadi saat gerak paralel
berubah sebagai pembelokan masa
yang di sini ekliptika suara
Aku tak selebih matahari
pada bulir-bulir cahaya
Berupa kemurnian
yang selalu tepat searah gradien cakram
Menderu
di atas wajah yang meredup
di antara kelahiranku
berderak dalam hukum pembekuan
dan tetes trandensasi muai
menjelma sendiri tanpa batas
Mendera
Mendesah
Terus melebur dalam koefesien awal
Tenggelam di celah konversi titik-titik kapilaritas
dan perjuangan asal
pada persentuhan panas dingin
berbelok mengitari medan partikeli
Seperti kau membacaku
Tentang fenomena optika perambatan
Menjelma sebagai bahasa siklis
yang bergerak lurus
dari hokum polarisasi dan termografi
Membatu
di atas Corpulcles yang takkan mengajakmu
mengorbit dalam ruang hampa
Karena aku hanya cermin hidup
berdiri sebatas daya
Sekalipun engkau atau yang lain
Menyertaiku dalam bilangan asli
dan saat kau jumpai aku
pada segumpal energi
26/04/08
Titik cahaya segumpal energi
Raungan
Eko Putra
di
Sabtu, April 26, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar