25/03/08

Perihal Puisi

Dan terbukalah rahasia dari pintu ke pintu, tanpa menyulut kota dengan berbagai aransemen kata demi kata
Dan terbukalah hati hati yang rindu, merambah kerahasiaan kami dari tafsir ke tafsir
maka sedikit banyak yang ternganga, kembali dalam rahasia dari pintu ke pintu untuk kita bayangi.

Dan tersekaplah rahasia dari rahasia menuju pintu ke pintu, walau berbagai kata membayangi kerahasiaan menggapai renung demi renung, tanpa luka membaringkan munajat kami yang rahasia paling rahasia di atas semua bayang, dan membuka pintu kata kami, maka sedikit banyak yang terlelap adalah rahasia untuk kita selami.

Dan terbukalah, yang paling tersekap rahasia dari pintu ke pintu kata kami, walau hanya kemungkinan dalam kerahasiaan, dan bagaimana cara membuka sendiri sekapan kami, bahkan kau lupakan tafsir yang paling sederhana, dari kata demi kata untuk mendahului hidup yang kembali, dan adalah bahasa demi bahasa, rahasia untuk kita jejaki

Dan terbukalah rahasia dari pintu ke pintu, tanpa meyulut kota dengan berbagai aransemen kata demi kata, dan tersekaplah, dan ternganga hati hati yang rindu dari kerahasiaan kami menyalami pintu demi pintu, 'tuk menggapai renung demi renung karena tumpuan rahasia dari yang kembali untuk kita ketahui.

Dan tersekaplah, dan terbukalah rahasia yang paling pintu dari hati yang paling renung, tanpa luka membaringkan tirakat kami, di atas semua ruang, dan ternganga dari kerahasiaan kami menyalami ragu demi ragu, bahkan melupakan kata yang paling sederhana dari pintu ke pintu, maka sejauh mungkin tubuh harus kita miliki.

Dan pada yang terbuka, maka tersekaplah pintu dari segala pintu rahasia, tanpa rahasia dari kami, maka terbacalah tafsir dari segala tafsir untuk pembukaan pintu demi pintu, karena yang masih hidup tak perlu kita sesali.


Sekayu, 25 Maret 2008

Tidak ada komentar: