: mengingat Meta Ayuni
Lebih dari sekedar pintu
dan dinding yang kelelahan
karena namamu
tergeletak di nisan puisi
Gelap yang paling sederhana
adalah kemungkinan
disebutkan satu persatu rinduku yang terurai
dan semakin kering terkunci
Walau kata cinta seperti hati yang di ajak tidur
mengingatmu di nyeri
dan ziarah tanpa harum bunga
bahkan terurai oleh penat do'a
Lebih dari sekedar pintu
tanpa terbuka
menyebutkan udara rinduku
di tafsir nafas yang selalu berdesit
dan membaringkan namamu di nisan puisi
Rubuh yang tersungkur di atas hati
seolah nada tanpa ketukan
yang semakin mengunci cintamu
Memupus raungku
untuk bicara lewat bahasa kalbu
Lebih dari sekedar pintu
berjalan terkunci
di dalam kering menyapamu
di pilu dan nisan puisi
tergores namamu
Karena darahku berusaha pergi
berpintu
Sekayu, Oktober 2007
kutemukan coretan tangan yang hilang
17/03/08
Requiem Cinta
Raungan
Eko Putra
di
Senin, Maret 17, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar