Ceritaku sendiri. Oh mimpi dalam sepi. Malampun seperti cintaku padamu. Di mana hidup penunggu sungai, anak lelaki kelana merpati maut. Aku sendiri, oh sayap dalam puisi. Karena merpati membacaku untuk teman sendiriku. Berarti, aku tidak sepi, cintaku padamu hanyut dari perhau malam, sungai itu adalah kamu, membuatku sengit memeluk rindu, tuk rasakan cinta waktu. Oh sungai terpasung nisbi, maut menati dilain musim pergi. Seakan sayap menghadap tidur pulas aku anak lelaki, dan ibu menatapku, antara batas atma, untuk hati berteman hatiku sendiri. Tuhan, ceritaku sendiri, malampun sejauh jarakku, dengan kata-kata sebagai puisi. Merpati mencariku, aku tidak sadar, kamu menjadi aku sebagai cerita. Rindu ini adalah kamu, mesra seperti malam maut. Keadaan yang turun padaku, sungai berkata lain, buatku semakin tahu cinta sejati, kamulah cinta itu. Tolong rasakan, hanyutkan diri darimu. Seandainya kau belum tidur. Aku ingin belajar, arti sungai hati, padamu sayap menuju hening malam, mungkin kamu.menghitung akhir sepertiku, pengantin sendiriku. Membagi kenyataanku padamu, oh hati sisa surga dariku. Tuhan, perahu lain untukku, memilih halaman cinta. Padahal sayap merpati sendiri, bukan sesaatpun. Oh cinta kasih milikku, akan tiba malam lain, rinduku padamu yang maut seekor merpati. Terbang melintasiku, menunggu pelukan sungai hati. Akulah dirimu, yang tak sadar menyalin sayapku. Tuhan, merpati berkawanku, bermainku, maut sebelum abu. Kapanpun, kulain darimu, dia burung kecil telah hidup mengayuh perahu. Ceritaku sendiri, aku ingin hidup lebih lama, seprti maut yang rindu pada merpati. Kukatakan malampun seperti lain pemberhentian. Maut adalah rinduku padamu, aku takut, berpa banyak cintaku, satu cukup buat seekor merpati. Tapi yang lain ? takkan ada sungai sebelum perahu kupeluk. Engkau adalah kehadiran, untuk membacaku dalam puisi. Oh pilihanku padamu, aku hilang padamu. Sebab kau tahu pada artiku, kau sendiri artiku. Mungkin, aku adalah merpati, bukan seekor burung, tapi milik sungai hati, dan perahu malam, yang tak bermusim untukku. Seandainya kau rasakan arti kita, dalam perjanjian malam rahim sunyi. Aku takkan menjadi hilang, padamu kurasa, nafasmu kurasa, tinggalkan sendiri. Oh aku yang pergi darimu, merpati ini luka, ceritaku sendiri. Mustahil kehidupan dalam arti sunyi. Sekarang kesendirian bukan merpati, sungai dua perahu, ajaklah maut dalam cerita. Kamu telah paham sendiri, maut peluru dada seekor merpati. Oh tuhan maut kusendiri. Ceritaku sang merpati.
Sekayu, 4 Desember 2007
06/12/07
Sajak Merpati, maut di atas sungai...
Raungan
Eko Putra
di
Kamis, Desember 06, 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar