; JJ. Polong duduk di sebelah kanan saya, Anwar Putra Bayu menghadap ke arah saya.
bahwa kata-kata
naik ke ujung sendok, melukai garpu
dan tenggelam dalam remang lampu
menjelajahi masalalu seorang penyair
dalam semangkok bubur
bumbu dan garamnya mengental
lalu terbaringlah sepotong wajah melankoli
masamuda di sudut itu.
wanita itu. ya wanita itu
seperti bubur
cukup mengenyangkanku
menuntun malam ini. mungkin begitulah
kisahmu menjejali lubang-lubang ingatan
dan kedua percakapan dulu dan kini
ditertawakan oleh tembok, oleh lukisan yang kita tatap
oleh meja-makan ini.
hawa dingin membisikkan
pertanyaanmu yang tak diucapkan sebelumnya
nyelinap ke dalam kata-kataku
mengalahkan kenangan
selain kerinduan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar