22/01/09

Cahaya Diam

sebelum subuh
kunang-kunang berkejaran
membentangkan sepertiga malam
mengetuk kamar tak berlampu
separuh mimpi, berdesakan
perlahan-lahan, meleleh
dalam raka’at seorang
yang asing, ialah aku
tanpa sayap, memastikan
pokok embunan di rumputan
apakah dapat melabuhkan
pendar sukma yang berjalan tertatih
melihat kamar, melihat senyap
aku bertafakur, lirih, menengadah
membaca kutukan, menderaskan sunyi

adakalanya, hamba
masih mengeja, keesaan...
walau terasa kosong
beku, menggumpalkan airmata
di manzilah berdebu, menyusunnya
sebagai kata-kata pudar, di puing asing
aku mengembara, sebagai serigala
mencari makna yang lepas, mengingatkan
masa kanak yang berpegangan dalam dekap
dalam puncak diam, dalam nirwana, dalam telaga
aku inginkan pengertian pertama
pada awal segalanya tak ada

aku tahu, dan sekarangpun paham
mengapa raung ini mesti berdarah, mengapa
do’a tertahan di lingkaran semesta, mengapa
aku bagai satwa, aku mengerti
terhadap bait ini di rumahku yang tertata
atas hamba, yang bersujud hening tak bersuara

Tidak ada komentar: