kami kehilangan matahari lain
kini penuh suara di setiap lorong
dengan suara pula, matahari
di kota kami yang meneteskan
dahaga di tengah harga diri
kemerdekaan, dari kelaparan
duka airmata yang terbang
menyanyikan airmata kami
kami ingin bertanya
pada mereka, dengan matahari
ingin kelaparan kami seorang
dibagi pada awan, awan
" kulihat pesawat tempur menderu, menjumpai matahari, menderu-deru, pukul 13:30, kelaparan melilit anak-anak tanpa baju, aroma saus dan keju mereka yang bertopi, dan percintaan di kamar nomor 13, wanita hamil melahirkan politisi, harga matahari lain dalam kemanusiaan."
kibarkan matahari lain
dengan seribu lampu neon
saat, istirahatkan
dahaga kota kami
untuk diperjuangkan
suara-suara di bibir mikrofon ;
" proklamasi, kami orang-orang matahari, dengan ini menyatakan kehidupan kami tanpa gaji, mengenai kelaparn lain, kita bicarakan di kemudian hari."
kami ingin kebebasan
pada matahri
untuk bicara dengan
suara, pesawat
dari kehidupan kami
suara-suara di ujung mikrofon
22/08/08
kehilangan matahari
Raungan
Eko Putra
di
Jumat, Agustus 22, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar