; buat Wayan Sunarta
meskipun ku tak pernah tahu, saat kau sembunyikan seekor ular di antara tembok berlumut itu, atau bermabuk salam setiap elegi yang semayam bersama syair mawar. mengapa kau hanyutkan aku, ke dalam buruan matahari. sesaat aku berdiam, mencapai segala kerinduan erotis, bagai kepingbulan merahjambu. akupun melagu membacamu, mencumbu kepedihan, sesekali tersenyum mencintai kupu-kupu, walaupum diriku hanya seekor serigala yang hidup di belukar aksara, rumpun efolina dan syair megatruh.
lembar-lembar angin pasir, menggarami waktu muram, kau. sekali aku terus mengunyah bahasamu, kedahagaan tak terduga, menjemput cinta. Kadang igau merayu, bagai penyair kelabu yang tersesat dalam batu, penuh kelam, penuh kelam, dari segala dinding perjalanan dirimu.
mungkin, aku belum penyair, tapi saat ku berkubang di telaga ini, aku menyesatkan diri, dalam tadarus menuju tafakur perih, mengenyam kesumat laknat dari pemilik qodrat. Kitapun semakin tenggelam di sini.
Impian Usai, buku Puisi Wayan Sunarta, KUBU SASTRA (2007)
12/07/08
intermezzo setelah membaca Impian Usai
Raungan
Eko Putra
di
Sabtu, Juli 12, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar