18/06/08

tentang kulit pisang

kusungaikan birahimu
menuju taman kubur
dengan wangi sekulit pisang

sembari mengetuk dinding alit
pemutar waktu

seperti yang terjadi dua musim
ruh itu gugur mencintai armada sesisir tumbang

dia yang ditanyakan sebagai analogi
pisang telah warnai ambisi di antara gugur halimun
: hingga tak kutemukan bayang-bayang terang, seorang pembangkang

kemari nak, tak hanya kemesuman kota
yang harus kau baca

betapa kita menghanyutkan gedebong
dan menuangkan tandan mata
‘tuk renungi ini tubuh
yang semakin tak jelas

sebelum terbuang sebagai pandang
yang tak dikenang

; pisang ; pisang
ada satu nafsu harus dikunyah

sesekali mengecup muntahan meditasi
di balik nalam alarm

dan larutan repetisi dalam kegaiban sang qodrati

Tidak ada komentar: