23/01/08

Sajak-sajak dalam topeng

Topeng angin

Berhembus kubuka muka
nganga debu nyata memelukku
batu tersembunyi pasat beralih kebarat
seperti napas sunyi, terbenam lenyap

Angin kian beerbelok
debu terbang muka diriku yang berpaling
dan permainan tertangkap bait bait arah
seperti sambutan senyap, tersingkap

Topeng batu

Tersusun bagai patung patung dalam angin
tak terasa kasar bertumpuk, hitam

keras, kedap leleh

Rapuh yang tersembunyi
dalam bahasa dan teriakan

Topeng kata

Demi coret dan persembunyian
pintu ketakutan, terbelah

Berharapa terbunuh
maut yang sepi dalam huruf

Topeng mata

Tolong jangan lihat aku !
dengan semua pelukan, menjerit

tersapu mati, kau terbaca

Dinding kini habis ternyata
bangkitkan perih lukaku

Dari semua topeng

Terpinjam tak habisku
pada angin batu kata mata membaca

ibu..
ayah..

Waktu yang harap habis
singkap

kemana aku ?

Sayatan Ibu

Tahun kuharap napasmu nganga
demi peluhku yang membawa tetes tetes embun

silakan pergi
silakan lari

Tak kusanggup rintih dalam topeng topengmu
biar arah apa saja

Lewat dalam pelukan kasih sayang

tak kuharap
tapi buatlah dirimu berharap

Bersujud
kehilangan

Cengkraman ayah

Lembaran naskah emosi anginmu
demi detak yang terhujam liang tanah

silakan pilih
silakan cari
Tak kudapat perih dalam geraian topengmu
biar bentuk mana jua

Lewat dalam pelukan keguguan

tak kutangkap
tapi buatlah dirimu tertangkap

Hening jeritan
awas

Janji

Umak
Abah

Kutinggalkan angin batu kata yang mata pergi
beri aku jalan menapak mar mar matahari

topeng topeng ini rusak
waktu yang jadikan semua napas rapuh

oh
tolong kesakitanku

Ketakutan

Topeng topengku hilang
nyata tersingkap

o
aku takut, masihkah kebangkitan ?

Dari semua aku kehilangan, tak mereka tahu
bentuk bentuk perjanjian
bagai sebutir pasir dalam ukiran topengku
yang tak sampai pada hembusan angin
belum tiba dalam batu batu

Aku mati
beri aku api

Rintih

Tuhan, topeng mana yang kupunya
kau mesti tahu
sebelum semua tersingkap wajahku

Tuhan, aku menghembus angin, melayang
Tuhan, batu batu berpahat senyum, menjadi sayat

Aku kehilangan
masihkan

Harap

Angin selesai di atas batu
menyingkap keberdayaan

Biarlah tak harap berharap
aku pasti datang

Kertajaya, 19 Januari 2008

Tidak ada komentar: