Topeng angin
Berhembus kubuka muka
nganga debu nyata memelukku
batu tersembunyi pasat beralih kebarat
seperti napas sunyi, terbenam lenyap
Angin kian beerbelok
debu terbang muka diriku yang berpaling
dan permainan tertangkap bait bait arah
seperti sambutan senyap, tersingkap
Topeng batu
Tersusun bagai patung patung dalam angin
tak terasa kasar bertumpuk, hitam
keras, kedap leleh
Rapuh yang tersembunyi
dalam bahasa dan teriakan
Topeng kata
Demi coret dan persembunyian
pintu ketakutan, terbelah
Berharapa terbunuh
maut yang sepi dalam huruf
Topeng mata
Tolong jangan lihat aku !
dengan semua pelukan, menjerit
tersapu mati, kau terbaca
Dinding kini habis ternyata
bangkitkan perih lukaku
Dari semua topeng
Terpinjam tak habisku
pada angin batu kata mata membaca
ibu..
ayah..
Waktu yang harap habis
singkap
kemana aku ?
Sayatan Ibu
Tahun kuharap napasmu nganga
demi peluhku yang membawa tetes tetes embun
silakan pergi
silakan lari
Tak kusanggup rintih dalam topeng topengmu
biar arah apa saja
Lewat dalam pelukan kasih sayang
tak kuharap
tapi buatlah dirimu berharap
Bersujud
kehilangan
Cengkraman ayah
Lembaran naskah emosi anginmu
demi detak yang terhujam liang tanah
silakan pilih
silakan cari
Tak kudapat perih dalam geraian topengmu
biar bentuk mana jua
Lewat dalam pelukan keguguan
tak kutangkap
tapi buatlah dirimu tertangkap
Hening jeritan
awas
Janji
Umak
Abah
Kutinggalkan angin batu kata yang mata pergi
beri aku jalan menapak mar mar matahari
topeng topeng ini rusak
waktu yang jadikan semua napas rapuh
oh
tolong kesakitanku
Ketakutan
Topeng topengku hilang
nyata tersingkap
o
aku takut, masihkah kebangkitan ?
Dari semua aku kehilangan, tak mereka tahu
bentuk bentuk perjanjian
bagai sebutir pasir dalam ukiran topengku
yang tak sampai pada hembusan angin
belum tiba dalam batu batu
Aku mati
beri aku api
Rintih
Tuhan, topeng mana yang kupunya
kau mesti tahu
sebelum semua tersingkap wajahku
Tuhan, aku menghembus angin, melayang
Tuhan, batu batu berpahat senyum, menjadi sayat
Aku kehilangan
masihkan
Harap
Angin selesai di atas batu
menyingkap keberdayaan
Biarlah tak harap berharap
aku pasti datang
Kertajaya, 19 Januari 2008
23/01/08
Sajak-sajak dalam topeng
Raungan
Eko Putra
di
Rabu, Januari 23, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar