Umak, aku rindu dundaimu, yang hantarkan dalam sayatan hati
puisi ini telah kumpul di nafasku
karena
kalau tiap pulang sekolah, keranjang sampah tersenyum, kenapa ?
dia tahu, tentang kertas kumal dan bait bait bersahaja meringis di atas meja belajar
meskipun
sok idealisme dengan pajangan profil di lantai II
Toh..yang kujumpa gilingan daging busuk dari sepatu pdh yang belum sempat kucuci
kalaupun
aku hadirkan kabar
sejak cerita anak kos tumbuh sebagai jurnal akuntansi, bahan pembersih lantai, wc tempat orang bijak berak, kencing, ludah..., kenapa ? ah.. kehidupan di kaki ku, berasal dari anyir darah
kemudian buat gonggong luka
karena yang sudah penuh dalam tong kecil
adalah sisa mi instan, merek deterjen, kupon undian dan tumpukan majas sungai musi
walaupun
aku tak sehebat gadismanis, tapi aku selalu rindu dundaimu, umak...
sebab, 5 tahun lalu, kertajaya kutinggalkan, dalam kandang kecil si itik lebung, ayam bekisar, dan ladang jagung, meskipun kota kecil ini seringkali sinis melihatku, dan tatal kayu asupan rindu rindu, yang labuhkan aku dalam lumpur kata, kini numpuk di saku kemeja, kenapa ?
Hikayat masih jauh, walau kulihat martil saat pulang sekolah, dan gembok pintu mengejekku, sambil cibirkan lidah
" eh anak sok idealis datang tuh "
karena alasan apapun belum akurat, mengerang koran koran tempat adikku senyum, nampang iklan rokok sigaret, dan undian sepakbola yang menjaga idealismeku
walaupun tak seperti gadis manis
kau masih paham tentang acara festival tekateki silang, kau tau itu, kenapa ?
karena aku rindu dundaimu, umak
MEJA BELAJAR, 15 Desember 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar