Akhir-Awal...

Membacakan aku

Rumah dengan dua pintu besi
Sebab masih penuh dengan catatan harian
Tentang suksesi jarum jam dan potret kaki
Yang membangun lapak di batas daun kering
Untuk pentas,saat musim kemarau tiba
Ah…
Kalau kau cari cintaku di tanggal
Mungkin saat hari mulai gelap dan antarkan dalam
Fenomenal satu kesaksian
Terhadap secangkir kopi sebelum tidur
Agar rumah dapat kujaga
Dari pembaptisan anak-anak
Sampai mereka berani bercinta di kamar kerja
Oleh pajangan foto-foto porno
Walau seasat kemudian
Rumah kehilangan gembok
Dengan petugas keamanan mati terkapar

Dan keesokan harinya di pemberitaan
“Rumah cinta,mati terbunuh”
Tiga hari kemudian
Rumah cinta menjadi angker

Jejak…!

Aku ingin belajar kepadamu
Tentang jarak antara Kertajaya dengan Sekayu
Demi jarum jam
Teman catatan harian,oleh pemberitaan minggu ibu kota
Mungkin suatu waktu
Palembang menjadi Hongkong olehku
Sebab sungai Musi
Menjadi tanah subur
Walau Kertajaya atau Sekayu
Lebih banyak di atas rumah-rumah limas
Atau perhau cadik sambil memetik tongkol jagung
Adapun suksesi 12 tahun
Karena aku masih di ruang kelas
Membawa pekerjaan rumah anak kos
Untuk menghitung hasil penjualan karet seorang ayah
Dalam elastisitas pertumbuhan pendidikan dan kesehatan
Meski lewat jarum jam
Jalan seperti Kertajaya,Sekayu,Palembang
Adalah aku tengah mencari equilibrium kata
Di saat aku dan yang lain sama-sama duduk
Cuma ingin belajar kepadamu
Agar kelak jarum jam tak marah padaku
Untuk Kertajaya
Untuk Sekayu
Bahkan Palembang atau Hongkong catatanku

Kamar kos, 1 November 2007

Kepada Nina

Walaupun kucing menghabiskan dua mangkok bakso
Dengan jumlah pajak terhutang
Sebab dua hari lagi mesti mencari foto
Buat naskah drama di ruang teater
Dan catatan harianku masih tahu
Siapa antara kucing dan galeri foto
Yang kukemas jawabanmu

Kamar kos,31 Oktober 2007

Saat kutatap dirimu

Saat kutatap dirimu
Dunia kita satu dalam fragmen
Sedang warna adalah kelembutan
Buat aku ngerti dengan tulisan
Bahwa cinta,telah mendasar lewat jarum jam

Ruang PKS,31 Oktober 2007